STISNU

SEKILAS CERITA GUS UMAR DAN STISNU NUSANTARA TANGERANG

SEKILAS CERITA GUS UMAR DAN STISNU NUSANTARA TANGERANG

Dr. H. Muhamad Qustulani, MA.Hum

 

Tangerang, 01 September 2023

Innalillah wa Inna Ilaihi Rajiun

Telah berpulang ke rahmatullah KH. Abdullah Umar bin KH. Ahmad Fayumi Munji Pengasuh Pesantren Raudhatul Ulum Mergoyoso, Kajen, Pati, Jawa Tengah. Kyai yang kerap disapa Gus Umar menghembuskan nafas pada pukul 20:05 WIB di RS. Karyadi Semarang. Kemudian berdasarkan informasi jenazah akan dikebumikan Jum’at pagi pukul 09.00 Wib waktu shalat dhuha.

Dr. H. Muhamad Qustulani, MA. Hum menjelaskan bahwa beliau (Gus Umar) adalah dzurriyah Syaikh Mutamakkin yang tabahur dalam ilmunya, memiliki wawasan keilmuan yang sangat luas dengan nalar kritis, logis dan metodologis. Pasalnya, suatu hal yang menurut umum tidak logis, abstrak, dan sulit dicapai, tetapi olehnya semua bisa dinarasikan secara ilmiah dan metodis. Seperti perjalanan suluk para sufi meraih martabat atau maqam fana’, baginya, bisa dimetodologikan dengan mudah untuk diterima kalangan millenial, akademisi, santri, dan halayak umum. Semua manusia berpotensi menjadi waliyullah sesuai dengan bidang dan tugas hidupnya sebagai manifestasi penghambaan diri kepada Allah. Dalam perspektifnya menjadi wali di era moderen sekarang ini dipermudah tidak seperti sebelumnya yang mengharuskan puasa, uzlah, dzikir berhari_hari, dan lain sebagainya. Baginya, cukup menyadari tentang tugas diri dan menyadari hakikat diri sebagai seorang hamba dalam setiap aktifitas atau hirupan nafas. Intinya kesadaran diri. Sebab itu, beliau menyebut istilah “wali magang,” bagi para pengikutnya yang mendalam cosmic intellegent.

 

Perjumpaan STIS Nahdlatul Ulama dengan beliau (Gus Umar) terjadi di awal awal perjuangan dan pengabdian pada tahun 2015, di mana beliau hadir di samping mengemban tugas mensyiarkan pemikiran cosmic intellegent, membuka simpul simpul pergerakan, juga mendampingi muharrik (penggerak) STIS-NU dalam mengawal dan menjadi bagian kecil menuju suksesi peradaban maju di nusantara.

Masih teringat di awal perjumpaan dari ajaran beliau tentang betapa pentingnya penguatan wadah diri dan institusi. Katanya, jika wadahnya kuat maka Allah akan menganugerahi sebuah fasilitas sesuai dengan kebutuhan. Ia mengibaratkan cangkir harus diisi sesuai wadahnya, jika melebihi maka akan meluber.

Wadah artinya penguatan internal, baik secara material atau pun spiritual. Hal ini berkaitan dengan management learning system dan tata kelola. Jika sudah baik, maka akan terisi penuh sesuai dengan kapasitas dan potensinya. Penguatan ini penting untuk membentuk identitas institusi, sehingga STISNU dipercaya di masyarakat.

“Memang di awal perjuangan, kami (muharrik) sempat labil, sebab kampus ini dibangun dengan modal ijin para masyaikh, dan semangat pengabdian terhadap NU.” Ujarnya.

Hampir sebulan sekali beliau hadir membersamai kami (muharrik) bersama kasepuhan Abah Haji Aliyuddin Zen Pandawa untuk sekedar berdiskusi di teras kampus sembari menikmati padang bulan. Biasanya sampai menjelang subuh. Diskusinya tentang perjalanan kewalian, pengembangan potensi diri-institusi, metodologi cosmis, kebangsaan, keindonesiaan, dan lain-lain. Biasanya hadir Birgjend Pol Nur Wakhid, KH. Ahmad Baijuri, dan lain lain.

Selain itu, ajaran beliau yang sangat memotivasi kami (penggerak kampus) tentang Management Iblis dan Management Adam. Kata beliau, Iblis hanya bermodal ijin, tanpa didukung oleh fasilitas dan reward,  termotivasi dengan semangat membara, sehingga ia mampu mengajak manusia mengikutinya. Iblis sebagai kelompok marjinal membentuknya memiliki karakter kuat, pantang menyerah, kritis dan kreatif_inovatif. Semangat Iblis sebagai kaum marjinal membuatnya penuh hasrat, motivasi, dan harapan. Segala apapun yang merintang tidak satupun yang mampu menghalanginya. Sebab itu kehebatannya mampu merubah kefanaan dunia menjadi kenikmatan surgawi, merekonstruksi neraka bak ibarat surga. Pada posisi ini, Iblis sangatlah luar biasa, hanya bermodal semangat mampu merekrut jutaan anggota, bahkan berbayar, meskipun rewardnya neraka.

“Gus Umar mengatakan bahwa Iblis adalah marketing handal tanpa pamrih, tanpa malu, dan yang terpenting tujuan tercapai, apapun resikonya”

Berbeda dengan Adam, katanya, diberikan ijin, dimotivasi, dan difasilitasi serta mendapatkan reward surgawi bagi yang mengikutinya. Namun Adam tidak mampu merekrut banyak anggota, alasannya Adam dianggap tidak pandai, dan tidak kreatif dalam mengajak manusia pada kebaikan, pemikirannya monoton, dan bekerja selalu khawatir keluar dari rambu_rambu. Sehingga ajaran Adam banyak yang ditinggalkan, justru banyak manusia beralih mengikuti langkah dan ajaran Iblis.

Uraian nasehat di atas, yang bisa disimpulkan bahwa muharrik STIS Nahdlatul Ulama bisa mengambil hikmah dari konsep dan kinerja Iblis yang pantang menyerah, kreatif, dan inovatif dalam merekrut serta mengembangkan institusi. Kekurangan fasilitas harus bisa direkonstruksi menjadi sebuah kelebihan yang mampu menarik mahasiswa dan stakeholder sebanyak_banyak dengan berbagaimacam cara. Cita cita kuat dengan segala daya upaya harus direalisasikan meskipun secara administratif tidak mungkin dicapai, tetapi secara realita bisa dicapai.

Kemudian, pada pertemuan selanjutnya, beliau mengajarkan aktivasi medan medan naluri secara teoretis dan praktis. Dalam bahasa tasawuf klasiknya latifah latifah. Metodologi yang disampaikan mudah dipahami oleh mellineal, sehingga tidak terkesan magic. Teori relasi semesta dalam konsep “cosmic intellegent” sejak 2015 telah kami serap dari dikajian kajian yang dihadirinya. Di antaranya di Pesantren Al Hasaniyah Umi Suryani Zarkasyi, dan di STISNU Nusantara.

Beliau pada setiap bulannya mereview setiap perjalanan ruhani murid muridnya. Meskipun kami menyadari terkadang terkena sydrom malas dan lupa. Konsep dzikir kesadaran dan komunikasi gelombang elektro magnetic yang diajarkan dalam setiap pertemuan direview olehnya, beliau sedang menilai sejauhmana tingkat realisasi, pemahaman, dan raihan singkapan atas tanda tanda semesta.

“Bagi kami (STISNU) bukan hanya guru tetapi juga mursyid yang menginspirasi kalangan muda untuk bisa muraqabah dihadapan Allah SWT.”

Sebelum terjadinya kecelakaan yang menimpanya, Gus Umar singgah di rumah saya (Qustulani) menginap, di mana sebelumnya beliau memberikan semua inti dari ajarannya yang selama ini diberikan di Pesantren Elt Karim Rangkas. Singkat cerita kedatangan di Rawalini sedikit dirahasiakan karena keinginan keluarga untuk berdiskusi dan meminta secara khusus kosmik menyapa semesta agar Allah memberkahi pesantren kami (keluarga Umi Suryani).

Tidak banyak yang tahu beliau rawuh di Rawalini. Pada malam dan pagi hari, saya menyempatkan diri berdiskusi tentang tanda tanda komunikasi cosmis, program Japan Corner Gakkou, alih status STISNU menjadi Institute, dan lain lain.

Hal yang menarik dalam diskusi tersebut terkait rencana STISNU mendesain matakuliah “cosmic intellegent.” Keinginan ini baru disampaikan dihadapan beliau, tujuannya agar mahasiswa terisi ruang spritualnya. Ternyata, beliau di Pesantren Elt Karim sempat mendiskusikan hal ini dengan Kyai Marbawi dan Kyai Abdul Hakim. Saat ini, saya memberikan nama matakuliah tersebut dengan “Manajemen Kecerdesan Semesta.” Rencana ini tercatat dalam desain kurikulum ketika STISNU sudah beralih menjadi Institut. Namun kedalanya, STISNU sebagai sebuah pendidikan tinggi harus dipersiapkan silabus, dan SAP dengan referensi yang kuat. Akhirnya, disepakati untuk sementara, materi cosmic intellegent diselipkan dalam matakuliah filsafat dan dipasarkan pada semester Ganjil 2023/2024.

Diskusi panjang, kesepakatan, dan realisasi telah disiapkan untuk on going. Saya pun merencanakan pertemuan denga Kyai Abdul Hakim dan pimpinan lainnya membahas rencana formalisasi cosmic intellegent. Namun, tak lama, sepulang dari Rawalini kami mendapat khabar beliau bersama Gus Zaim mengalami kecelakaan tunggal di ruas tol Kendal. Haru dan tangis menjadi hal yang tidak terbendung.

Ketakutan dan kekhawatiran muncul dalam benak kepala tentang ciri_ciri berakhirnya tugas kewalian beliau mendampingi kami. Pasalnya beliau sudah mulai masyhur di ruang publik, mulai dari pejabat rendahan sampai orang nomor satu di Indonesia meminta sowan dan berdiskusi dengannya. Dalam diskusi kecil bersama teman teman dosen selalu muncul kata “jangan jangan.” Pasalnya banyak cerita kekasih Allah yang mulai terkenal, biasanya akan segera dipanggil menghadapnya untuk kembali.

Akhirnya, Kamis, 31 Agustus 2023 M/ 14 Safar 1444 H, pukul 20.05 WIB beliau kembali kepangkuan kekasih abadinya. Selamat jalan guruku, Gus_ku, KH. Abdullah Umar. Doakan kami, semoga bisa meraih kemuliaan sebagaimana kemuliaan dirimu dihadapan Allah SWT. Yakin dan pasti, risalah dan ajaranmu akan kami teruskan dan tebarkan untuk kebaikan dan mengawal peradaban baru Islam di nusantara. _pintu Majapahit telah terbuka_

Terimakasih, Gus telah mewarnai dan membimbing kami (muharrik STISNU). Semoga STISNU juga menjadi amal kebaikan continue sampai hari kiamat karena di dalamnya terdapat sumbangsih pemikiran panjenengan yang mendalam dihati kami semua. Amin..

Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamithoriq

Jumat, 01 September 2023

Pukul 02.51 WIB

 

 

 

 

3 komentar untuk “SEKILAS CERITA GUS UMAR DAN STISNU NUSANTARA TANGERANG”

  1. meski baru pertama berjumpa langsng dngn beliau sangat luar biasa keluhuran ilmu dan kesederhanaannya…. Allah lebih mencintai para kekasih Nya

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.