STISNU

Tangkal Paham Intoleran, STISNU Tangerang Bersama 5 Kampus Gelar Seminar Nasional

Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang akan menggelar Seminar Nasional dengan tema “Moderasi Beragama: Menangkal Infiltrasi Paham Intoleran ke dalam Kampus”, Kamis (28/12/23). Kegiatan ini merupakan tindaklanjut (follow up) dari kesepakatan kerjasama dengan 5 kampus lintas pulau di Indonesia.

Kelima kampus yang menjalin kolaborasi dengan STISNU Nusantara Tangerang itu adalah STISNU Aceh, STAI Al Hikmah Way Kanan Lampung, STAI Al Hikmah Tanjung Balai, IKTN Riau, dan STAI Mempawah Kalimantan. Bentuk kerjasama keenam kampus itu sebetulnya meliputi banyak aspek, salah satunya adalah seminar kolaboratif berskala nasional.

Format seminar kolaboratif berskala nasional ini akan dilaksanakan secara series, di mana masing-masing kampus akan diberikan kesempatan sebagai penyelenggara (tuan rumah). Untuk kesempatan pertama, STISNU Nusantara Tangerang dipercaya menjadi yang pertama sebagai penyelenggara Seminar Nasional dengan tema seperti disebutkan di atas.

Seminar Nasional yang akan dilaksanakan di penghujung tahun ini dirancang secara online (zoom meeting). Setiap kampus mengirim satu narasumber untuk memberi perspektif dan sudut pandang, serta (setiap kampus) memastikan sedikitnya 10 mahasiswa berpartisipasi aktif dalam seminar tersebut.

Para narasumber adalah Ecep Fariduddin, MA (STISNU Nusantara Tangerang), Ahmad Suhendra, M.Ag (STISNU Nusantara Tangerang), Sumiyati, S.Pd.I, S.Sy. M.Pd.I (STAI Mempawah), Musa Thahir, M.Pd (IKTN Riau), Feri Riski Dinata, M.Pd (STIT Al Hikmah Way Kanan Lampung), dan Dr. Muhammad Yasir, S.HI, MA (STISNU Aceh).

Sementara yang memastikan tertibnya lalulintas seminar adalah Dul Jalil, M.Ag sebagai moderator. Adapun Ketua STISNU Nusantara Tangerang, Dr. H. Muhammad Qustulani, M. Hum, bertindak sebagai keynote speaker sekaligus memberi kata sambutan mengawali rangkaian acara yang telah disusun.

Dalam pesan tertulisnya, Dr. Qustulani menyambut baik kerjasama keenam kampus lintas pulau ini. Dia berharap kerjasama semacam ini terus dirawat, tidak sebatas pada seminar kolaboratif, tapi juga bisa diperluas pada aspek penelitian dan penulisan bersama, pertukaran dosen pengajar dan pembimbing, dan aspek lainnya yang bisa dielaborasi.

“Saya menyambut acara seminar kolaboratif berskala nasional ini. Kedepan, enam kampus ini harus bisa mengelaborasi potensi-potensi yang dimiliki masing-masing, tidak sebatas pada kerjasama seminar, tapi juga bisa dalam soal penulisan, penelitian, pertukaran dosen pengajar dan pembimbing,” tulisnya memberi saran.

Dr. Qustulani juga sangat mengapresiasi tema yang diusung dalam seminar nasional ini. Sebab dirinya secara personal punya perhatian khusus mengenai isu moderasi beragama di Indonesia, yang dalam beberapa tahun terakhir, menurutnya, suasana kerukunan beragama kita terhalang kabut fanatisme, eksklusivisme, dan radikalisme. Apalagi paham intoleran sudah merambah ke kampus-kampus, yang seharusnya bisa membentengi diri dengan berpikir kritis dan analitis.

Sebuah riset yang dilakukan Setara Institute pada 31 Mei 2019 lalu mengungkapkan, telah terjadi perkembangan gerakan intoleran yang cukup mengkhawatirkan di sepuluh perguruan tinggi negeri ternama. Sepuluh kampus ternama itu adalah Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada,Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, Universitas Mataram, UIN Syarif Hidayatullah, dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Perguruan tinggi negeri mestinya menjadi etalase prinsip Bhinneka Tunggal Ika, bukan justru melahirkan individu-individu yang anti Pancasila, UUD 1945, dan pluralisme. Berdasarkan pemikiran tersebut, seminar nasional dengan tema moderasi beragama ini sangatlah relevan untuk disimak. Apalagi para narasumber yang menjadi pemateri adalah mereka yang kompeten dalam bidang ini.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.