News, STISNU, 27 Desember 2023
Setiap perjanjian atau Memorandum of Understanding harus ada tindaklanjutnya, sebab itu Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang, Universitas PTIQ Jakarta, dan Sekolah Tinggi Agama Islam Fatahillah Serpong menggelar kegiatan Seminar Kolaboratif “Penguatan Moderasi Beragama Dalam Membangun Harmonisasi Dan Menjaga Stabilitas Lingkungan PTKIS” di STISNU Tangerang (27/12/23).
Dr. H. Muhamad Qustulani, MA.Hum Ketua STISNU Tangerang bersyukur dan berterimakasih atas realisasi dari program kerjasama yang telah direncanakan semenjak lama. Namun alhamadulillah baru terlaksana pada hari ini. Ia mengingatkan dalam sambutannya pentingnya penguatan moderasi bagi perguruan tinggi, apalagi bagi STISNU, sebab ada Nahdlatul Ulama dipundak dan tanggungjawabnya. Sebab itu mahasiswa STISNU diwajibkan moderat dalam berfikir dan bertindak, bijaksana dalam segala hal termasuk dalam ilmu pengetahuan. Ia juga menambahkan bahwa penting forum seperti ini diselenggarakan agar mahasiswa dapat banyak mengakses informasi dan pengetahuan dari narasumber yang sangat kompeten, khususnya narasumber pada seminar kolaboratif kali ini adalah seorang santri, kyai, ulama, doktor, hafiz qur’an, ahli kitab turath dan banyak pengalaman.
“kita tabarruk dengan beliah (kyai Shunhaji), dapat barokah serta ilmunya. Sehingga apa yang akan disampaikan banyak manfaat yang bisa diraih.” Ujarnya
Dr. KH. Dr. Akhmad Shunhaji, M.Pd.I. narasumber dalam kegiatan ini menjelaskan tentang pentingnya hidup selalu bersemangat di setiap aktifitas, dan kelelahan ketika berproses, katanya, suatu hal yang bisa.
“Lelah di saat ini adalah mengunduh kesuksesan di masa depan.” Prakata Kyai Shunhaji diawal pembukaan.
Kemudian ia menjelaskan tentang perubahan kehidupan, bahwa dahulu kita hidup di era modern, kini beralih ke era postmodern. Di mana truth (kebenaran) beralih pada posttruth (pos kebeneran), banyak orang sudah tertipu dengan kebenaran. Sebab tampak di mata Zahir adalah kebenaran, namun esensinya adalah kebohongan. Kebenaran yang ditampilkan adalah yang semu.
Di tengah kehidupan yang plural maka moderasi (sikap moderat) menjadi inti dari pluralisme. Semua orang menganut kebenaran individual, sehingga yang muncul ada perspektif sebab itu sikap moderat dan bijak menjadi suatu hal yang penting diterapkan untuk saling menghargai, dan menghormati atas perbedaan pendapat. Tidak perlu kita menyalahkan pendapat orang lain yang berdalil atas dirinya sendiri, juga sebaliknya. Apalagi berkaitan persoalan politik, maka kita harus bisa menghargai alasan orang lain berpendapat mendukung tokoh A, B dan atau C.
“Mahasiswa harus cerdas, dan banyak literatur yang harus dibaca. Agar tidak terjebak karena ketidak tahuan atau kebodohan.” Ujarnya.
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab dengan narasumber. Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Ketua Bidang Akademik dan SDM, Waka Bidang Administrasi dan Keuangan, Ka. Perpustakaan dan mahasiswa dari program studi Hukum Keluarga Islam (HKI) dan Hukum Ekonomi Syariah (HES). Sebelumnya ditandatangani berita acara Kegiatan Seminar Kolaboratif di antara para pihak. (MQZ)