STISNU

Monotheisme di Mekkah Pluralisme di Nusantara 

Monotheisme di Mekkah Pluralisme di Nusantara

oleh : Hamdan Suhaemi

Mataku melihat kehidupan di Arab Saudi terkhusus Mekkah, terdapat gambaran yang menarik untuk ditengahkan agar memahami situasi sebenarnya yang sebelumnya masih berpijak pada apriori. Kenyataan bahwa Mekkah adalah kota yang punya magnet besar, karena di tengahnya ada Ka’bah, masyhur disebut baitullah, rumah yang diberkahi Allah azza wa jalla.

Dekat dengan Ka’bah jiwa jadi pasrah, sirnanya kesombongan, hilangnya arogansi kekuasaan, harta dan jabatan dunia, di dekatnya hanya hamba lemah dan semua sama. Ka’bah adalah magnet besar yang mampu mengumpulkan jutaan umat Islam, tidak hanya sekedar karena qiblat sholat, tetapi Ka’bah pun menarik relung hati untuk selalu merindukannya, tidak ada muslim yang bosan melihat Ka’bah, meski sering menthawafinya, apalagi yang belum mampu mendekatinya, betapa membuncahnya rindu ketika di mata tampak Ka’bah.

Ka’bah simbol monotheisme dunia, tidak ada tuhan kecuali Allah S.w.t yang disembah, tidak ada ikatan apapun kecuali ikatan hatinya hanya dengan Allah S.w.t, tidak pula ada cinta kecuali mencintainya. Dari Ka’bah telah ajarkan totalitas menyembah Allah tanpa duri syirik yang menancap di hati, tanpa debu keraguan yang menempel di hati, Allah yang maha esa, maha rahman atas makhluknya maha rahim atas hambanya.

Mekkah adalah negeri yang tercahayani iman, peradaban yang dituntun risalah Islam, konsekuen menjalankan syariat, murni tanpa campuran budaya, sebab budaya Arab itu monolitas, tidak heterogenitas. Artinya Arab yang dilihat adalah satu yaitu bahasa dan bangsanya, seperti identitas tunggal yang tak tergantikan oleh suku bangsa manapun. Jika kemudian bahas Arab terganti oleh bahasa lainya itu artinya Mekkah bukan Arab lagi.

Nun jauh disana, negeri yang indah, sejuk nan damai, Nusantara kita terbentang dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Pulo Rote, dari Singkawang hingga Parang Tritis. Tanahnya subur, kayu yang ditanam jadi tumbuh, hamparan ladang hijau bak permadani, sumber daya alam melimpah, kaya akan nikel, cuacanya nyaman ada hujan ada pula berawan.

Negeri itu bernama Indonesia, ada 6 agama dan ratusan kepercayaan yang dianut oleh bangsanya, semuanya terlindungi oleh negara, ratusan suku dari suku Aceh hingga suku Asmat, ribuan bahasa daerah serta dialeknya, adat istiadatnya beragam, budayanya kaya menyiratkan keindahan, seninya menyuguhkan kedamaian dan ketenteraman batin.

Pluralitas bangsa Indonesia tidak menyebabkan perang antar agama, atau antar suku, diferensiasi si kaya dan si miskin tak mengakibatkan konflik sosial, perbedaan klas pejabat dan rakyat biasa tak sampai terjadi anarkhis. Pluralitas itu dikuatkan oleh simpul kebangsaan yang hingga kini masih sangat sakti, bahkan menjadi dasarnya negara yang hingga kini tak pernah goyah oleh intrik politik dan rencana revolusi, ia tegak dan perkasa menjulang ke angkasa cakrawala dunia, dasar negara itu bernama Pancasila.

Mekkah menerapkan formalitas syariat Islam dengan teologi negaranya Wahabisme dan keteguhan menjalankan monotheisme agama dalam kehidupannya, dan tertutup dari menerima khurafat, tahayul dan bid’ah bahkan alergi pada bentuk bentuk kesyirikan. Kaku tapi disiplin menjalankan syariat, namun tidak lentur dalam sikap dan perangai. Mungkin iklim dan suhu bisa jadi pengaruh kuat, panasnya Mekkah rerata 45-50 derajat celsius berdampak pada perangai yang keras dan kaku.

Berbeda jika kita ada di Bandung, ibu kota Jawa Barat yang sejuk dipandang, pemandangan alamnya indah, mojang Priangan terkenal ke seantero dunia sebagai perempuan cantik, suasananya sejuk, hawanya dingin, namun penduduknya selalu hangat menyapa para pendatang, ramah, dan santun.

Potret deskriptif saat berpijak di bumi monotheisme dan saat hidup nyaman di negeri khatulistiwa yang pluralistik. Tentu pasti berbeda, namun sama ketika terpahat dalam hati kata-kata ” aku selalu rindu Ka’bah dan aku cinta tanah air “.

Mekkah, 18 Juni 2024

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.