Semarang, 29 November 2024
Dalam kunjungan kerja ke Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) di Semarang, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang mendapatkan nasehat penting dalam menata kelola perguruan tinggi (24/11/2024). Hal ini disampaikan dalam kegiatan opening ceremonial penandatanganan anatara STISNU dan UNWAHAS di aula rektorat.
Rektor UNWAHAS, Prof. Dr. KH. Ali Mudzakkir, M.Ag menyampaikan bahwa perguruan tinggi, apalagi yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama seperti STISNU harus berani menjadi unggul dalam akreditasi. Keberanian melangkah adalah modal dan semangat untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu serta pelayanan. Dirinya menceritakan sekilas perjalanan UNWAHAS dari meminjam gedung Sekolah Dasar sampai membelinya, dan memiliki hampir 27 hektar lahan kampus UNWAHAS pada saat ini. Hal tersebut terjadi karena keberanian untuk merealisasikan mimpi besar mengembangkan kampus untuk unggul.
Cita-cita Unwahas menjadi kampus Aswaja yang unggul dimulai dari keberanian membuka kelas reguler di pagi hari, dan menghidupkan kampus di hari kerja sehingga truth masyarakat dapat dirasakan. Makanya, ia mengingatkan PTKIS harus percaya diri dan berani membuka kelas normal. Selain itu ia mengingatkan tentang penguatan tata kelola, harus berani memberdayakan dosen potensial yang keberadaannya memberikan manfaat untuk administrasi dan pengembangan institusi. Ia menyinggung dosen yang keberadaanya menjadi penghambat pengembangan karena tidak ruhan wa jasadan pemanfaatannya di perguruan tinggi, sepertinya ijazahnya tidak bisa digunakan oleh institusi, tidak bisa mengurus jabatan fungsional, tidak menulis jurnal, dan lain-lain. Menurutnya, hal tersebut menjadi batu sandungan pengembangan kampus dan pernah terjadi di kampus Unwahas, sehingga dengan berani mengambil langkah perbaikan Unwahas mendapatkan akreditasi unggul.
“Di NU, baru ada 3 kampus unggul, seperti UNISMA, UNUSA, dan UNWAHAS. Jika di Muhammadiyah banyak.” Katanya.
Kritik ini disampaikan agar STISNU berani mengambil langkah strategis dalam pengembangan. Pasalnya, apa yang terjadi pada Unwahas di awal pengembangan tidak jauh berbeda sejarahnya dengan kampus NU lain, begitu juga dengan PTKIS. Berani unggul dan berani mengambil langkah strategis dalam mengembangkan kampus.
Selain itu ia mengingatkan pentingnya doa dan wiridan dalam mendukung penguatan spritual, seperti nama Wahid Hasyim yang dipilih di awal pendirian adalah hasil istkhoroh panjang para masyaikh unwahas yang disetujui oleh Gusdur KH. Abdurrahman Wahid. Kemudian, peran tiga nama ulama besar seperti Abuya Dimyathi Cidahu Banten, KH. Dimyathi Rois Kendal menjadi bagian penting dalam pengembangan unwahas.
Dr. H. Muhamad Qustulani, MA.Hum Ketua STISNU Tangerang menyampaikan apa yang dipaparkan unwahas menjadi inspirasi baru buat STISNU, sehingga cerita pengembangan unwahas bisa dijadikan bahan diskusi dan evaluasi dalam mengembangkan STISNU kepada arah yang lebih baik. Support dari semua pihak menjadi bagian penting sehingga STISNU dapat segera mandiri, dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. Acara ditutup dengan penandatangan nota kesepahaman antara STISNU dan UNWAHAS yang disaksikan oleh Sekretaris Kopertais Wilayah I Jakarta – Banten, dan Kopertais Wilayah X Jawa Tengah.