STISNU Gelar Urun Rembug Kiai Se-Tangerang Raya Untuk Keutuhan Bangsa
Tangerang, STISNU News (Sabtu, 31 Desember 2016)
Refrleksi akhir tahun, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Tangerang melalui Yayasan Benteng Nusantara Cendekia Nahdlatul Ulama mengadakan kegiatan “Urun Rembug Kiai Penjaga NKRI” di Aula Hasyim Asyaari Jalan Perintis Kemerdekaan 2 Cikokol, Tangerang, Banten, Sabtu (31/12) lalu.
Ketua Panitia Muhamad Qustulani menjelaskan bahwa kegiatan ini digagas untuk menemukan persepsi dan pandangan para alim ulama di Tangerang Raya tentang radikalisme dan bahaya narkoba di Indonesia. Sebab, kiai dan pesantren adalah benteng terakhir NKRI.
“Hasil dari kegiatan ini kemudian akan kita bukukan untuk selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan kebijakan pemerintah pusat sampai daerah,” tambahnya.
A. Zaki Iskandar, Bupati Tangerang yang juga sebagai Ketua Dewan Pembina STISNU Nusantara menyampaikan pentingnya membangun sinergi antara ulama dan umara untuk menjaga Negara dari rongrongan pemikiran radikalisme dan bahaya narkoba yang mulai mewabah pada generasi muda.
“Menjaga kearifan lokal, belajar tentang sejarah, insyaallah generasi kita akan terbebas dari radikalisme dan bahaya narkoba,” ujarnya.
Alasannya, mereka terarah pada kegiatan-kegiatan positif yang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air (hubbul wathan) sebagai bagian dari iman.
KH Edi Junaedi Nawawi kesepuhan ulama di Kota Tangerang menambahkan, ulama adalah aktor terdepan untuk menjaga NKRI, sebab selama masih ulama masih berpegang pada PBNU maka radikalisme dan NKRI akan terus terjaga.
“P adalah Pancasila, B adalah Bhinneka Tunggal Ika, N adalah Nasionalisme, dan U adalah Undang-undang Dasar 1945,” ujarnya.
Acara dihadiri oleh KH Aliyudin Zen (Kiai Kharismatik Banten), Prof Wan Jamaludin (Dosen Kehormatan STISNU), KH A. Baijuri Khotib (Ketua STISNU), KH Abdul Mu’thi (Rais Syuriah NU Kota Tangerang), KH Encep Subandi (Ketua Kabupaten Tangerang) Ahmad Ubaedilah (Peneliti UIN Jakarta), Abdullah Hanif (Kasubag TU Pendis Kemenag), dan ulama se-Tangerang Raya serta para dosen STISNU Nusantara. (Red: Fani)