Tangerang, 5 Mei 2025 — Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang per hari ini, Senin 05 Mei 2025, telah memasuki usia yang ke-11 tahun sejak diresmikan menjadi Perguruan Tinggi Islam Swasta yang berdomisili di Kota Tangerang.
Melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Nomor 2516 Tahun 2014, yang ditandatangani oleh Dirjen Prof. Dr. H. Nursyam, M.Si., pada 5 Mei 2014, STISNU Nusantara dinyatakan resmi beroperasi dan kini telah tumbuh menjadi salah satu institusi pendidikan tinggi Islam yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan keilmuan berbasis Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyyah.
Atas perjalanan yang telah ditempuh STISNU Nusantara selama 11 tahun ini, dengan segala suka duka, dan manis pahit tantangan yang datang menghadap, kampus yang berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan ini, tetap berdiri tegak.
Ketua STISNU Nusantara Tangerang, Dr. H. Muhamad Qustulani, MA.Hum, mengungkapkan rasa syukur atas perjalanan 11 tahun yang penuh dinamika dan tantangan. Ia menegaskan bahwa usia sebelas tahun bukan hanya momentum perayaan, tetapi juga momen untuk memperkuat komitmen keilmuan, kebangsaan dan nilai-nilai Aswaja.
“STISNU lahir dari rahim Nahdlatul Ulama dengan misi keilmuan dan dakwah. Kami hadir bukan hanya untuk mencetak sarjana syariah, tapi untuk membentuk intelektual yang mampu membaca zaman dengan kearifan tradisi Islam Nusantara,” tutur Dr. Qustulani.
“Tantangan ke depan tidak ringan. Kita menghadapi arus globalisasi, polarisasi pemikiran keagamaan, dan disrupsi digital. Maka STISNU harus tetap menjadi benteng moderasi, menjaga nilai-nilai kebangsaan, menanamkan nilai tawazun, tasamuh, dan tawassuth dalam setiap gerak akademik dan sosialnya. Keilmuan tanpa akhlak akan kering, dan tradisi tanpa pembaruan akan mandek. Di sinilah STISNU mengambil peran sebagai jembatan antara teks dan konteks,” lanjutnya dengan penuh keyakinan.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama, ormas keagamaan lain, dan dunia industri. Menurutnya, pendidikan Islam hari ini harus membuka diri terhadap inovasi tanpa kehilangan arah spiritualitasnya.
“Kami percaya bahwa ilmu syariah bukan sekadar hukum fiqh formalistik. Ia harus hadir dalam kehidupan nyata—menjawab problem sosial, ekonomi, bahkan ekologi. Untuk itu, STISNU mendorong riset-riset transdisipliner, dialog lintas iman, dan pengabdian berbasis pemberdayaan masyarakat,” tambahnya.
Sejak berdiri, STISNU Nusantara Tangerang telah membuka lima program studi utama: Hukum Ekonomi Syariah (HES); Hukum Keluarga Islam (HKI); Manajemen Bisnis Syariah (MBS); Manajemen Pendidikan Islam (MPI); dan Pemikiran Politik Islam (PPI). Ke depan, kampus ini akan melakukan alih status dari sekolah tinggi menjadi institut, dan berencana membuka program pascasarjana. Tidak hanya itu, STISNU Nusantara juga berencana memperluas jangkauan digital learning, seiring dengan meningkatnya kebutuhan pendidikan tinggi yang fleksibel dan inklusif.
Sebelas tahun bukan hanya hitungan waktu, tetapi jejak pengabdian. STISNU Nusantara Tangerang berdiri bukan sekadar sebagai institusi pendidikan tinggi, tetapi sebagai penjaga warisan ilmu, penjunjung akhlak, dan penggerak peradaban.
Di tengah gempuran zaman dan tantangan global, STISNU tetap teguh melangkah di atas pijakan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah: menanam ilmu dengan kasih, menebar hikmah dengan kebijaksanaan, dan merawat Indonesia dengan cinta.
Di usia ke-11 ini, STISNU Nusantara harus siap meneguhkan diri sebagai rumah besar bagi para pencari ilmu yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh dalam akhlak, dan kokoh dalam komitmen kebangsaan. Bersama para dosen, mahasiswa, dan alumni, STISNU akan terus tumbuh sebagai pusat pencerahan yang membumi dan mencerahkan.
Selamat Milad STISNU Nusantara Tangerang yang ke-11, semoga menjadi kampus perubahan. Amin!