Tangerang, 22 Mei 2025 — Dalam suasana penuh syukur dan semangat kebangkitan, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang menggelar syukuran Milad ke-11 pada Rabu, 21 Mei 2025. Acara ini sekaligus menjadi momentum penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) strategis dengan Bank Mandiri, bertempat di Aula Hadrotusyaikh KH. Hasyim Asy’ari, Kampus STISNU Cikokol.
Ketua STISNU, H. Muhamad Qustulani—akrab disapa Gus Fani—mengungkapkan bahwa bulan Mei menyimpan sejarah yang sangat berarti. “Tepat di bulan ini, tahun 2014, terbit izin operasional STISNU. Tapi semangatnya lahir lebih dulu, sejak 2013, ketika kami memindahkan di Cikokol,” ungkapnya.
STISNU bukan dibangun oleh modal besar, melainkan oleh niat kuat dan kegilaan kolektif dalam memperjuangkan pendidikan tinggi bagi umat. “Kami ini orang-orang gila—gila semangat, gila harapan. Dari hanya dua prodi: Hukum Keluarga Islam (HKI) dan Hukum Ekonomi Syariah (HES), kini kami punya lima: bertambah Manajemen Bisnis Syariah (MBS), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), dan Politik Islam,” tegasnya, disambut tepuk tangan hadirin.
Gus Fani juga menyampaikan bahwa cita-cita transformasi STISNU menjadi Institut bahkan Universitas adalah langkah strategis dan spiritual. “Berdasarkan istikharah Abah KH. Ali Zen, kami bersepakat menapaki tahap baru dengan nama: Institut Kebangsaan Nahdlatul Ulama (IKANU). Ini bukan sekadar perubahan bentuk, tapi gerakan kaderisasi NU secara serius dan berkelanjutan.”
Kerja sama dengan Bank Mandiri menjadi bukti bahwa STISNU terus membuka ruang kemitraan produktif. MoU yang ditandatangani mencakup pelatihan kader perbankan syariah, program magang, literasi keuangan, hingga peluang rekrutmen untuk mahasiswa. Ini menjadi bagian dari ikhtiar mencetak kader NU yang profesional, tidak hanya di ruang dakwah, tapi juga di dunia industri dan ekonomi.
Pada kesempatan itu, KH. Bunyamin Hafiz secara resmi diperkenalkan sebagai Ketua Yayasan Banten Nusantara Cendekia Nahdlatul Ulama (YBNC NU) yang baru. Dalam sambutannya, ia menyatakan tekad kuat untuk ikut membesarkan STISNU.
“Saya bergabung bukan karena jabatan, tapi karena Allah Ta’ala. Saya ingin ikut bergerak, menjadi bagian dari lahirnya kader-kader NU yang mengisi ruang-ruang kosong di berbagai lini. Kalau kita punya niat dan usaha strategis, pasti jalan akan terbuka. Visi menjadi institut harus hidup dalam benak kita. Kalau benar-benar yakin, Allah sendiri yang akan membukakan jalannya,” ujar KH. Bunyamin penuh haru.
Acara ini dihadiri oleh para dosen, mahasiswa, yayasan, serta mitra strategis. Syukuran ditutup dengan doa bersama dan pernyataan tekad kolektif: menjadikan STISNU—dan kelak IKANU—sebagai poros peradaban, kawah candradimuka kader NU masa depan, dan mercusuar ilmu, iman, dan kebangsaan. red