STISNU

Sesibuk Apapun, Jangan Pernah Tinggalkan Sholat dan Puasa: Percuma Ilmu Tinggi Jika Lupa Kepada Allah

Tangerang, 20 Maret 2025_ Hidup di zaman sekarang menuntut kita bergerak cepat, berpikir keras, dan bekerja tanpa henti. Waktu seolah habis untuk urusan dunia: mengejar karier, gelar akademik, isnis, dan prestasi-prestasi lainnya. Tanpa sadar, kita sering kali mengorbankan hal terpenting dalam hidup kita: hubungan dengan Allah SWT.

Padahal sehebat apapun manusia, setinggi apapun ilmunya, jika ia lalai dari sholat dan puasa, maka semua yang ia kejar di dunia ini hanya akan menjadi debu di hadapan Allah. Karena ilmu, harta, jabatan, dan kemuliaan di dunia tidak akan menyelamatkan kita di akhirat jika kita lupa pada kewajiban utama sebagai hamba-Nya.

Sholat, Bukti Keimanan dan Pondasi Hidup

Sholat adalah tiang agama, dan ia adalah batas pembeda antara orang beriman dan orang kafir. Rasulullah SAW bersabda:
“Perjanjian antara kami dan mereka adalah sholat, barang siapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir.” (HR. Tirmidzi)

Betapa seringnya kita menjadikan alasan sibuk untuk melalaikan sholat. Padahal lima waktu sholat tidak lebih dari satu jam dalam sehari. Tapi di situlah Allah menguji kita, apakah kita lebih mencintai urusan dunia, atau kita benar-benar mencintai dan menghamba kepada-Nya.

Sholat adalah tempat kita meletakkan segala beban dunia. Di saat sujud, kita berada di posisi terdekat dengan Allah. Tempat semua keluh kesah, lelah, dan tangis kita seharusnya tumpah ruah. Namun sayangnya, banyak dari kita justru lebih memilih sibuk dengan dunia dan lupa siapa yang memberi kita kehidupan.

Percuma kita punya ilmu tinggi, gelar berderet, dan diakui oleh manusia, jika sholat saja kita lalaikan. Ilmu yang tak membuat kita semakin tunduk kepada Allah adalah ilmu yang tidak bermanfaat.

Sungguh aneh, ada yang mengaku generasi Muslim, paham ayat-ayat Al-Qur’an, hafal teori-teori besar, tapi sholat saja masih bolong-bolong. Bagaimana mungkin menimba ilmu di lembaga Islam tapi lupa kewajiban paling dasar sebagai seorang muslim? Lalu apa bedanya dengan orang yang tak mengenal Islam sama sekali?

Puasa, Madrasah Pengendalian Diri

Begitu pula dengan puasa. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tapi lebih dari itu: ia adalah madrasah yang mengajarkan kita tentang kesabaran, kejujuran, dan ketulusan. Puasa melatih kita untuk lebih peka terhadap dosa, lebih mudah bersyukur, dan lebih peduli terhadap sesama.

Sayangnya, banyak yang menganggap puasa hanya saat Ramadhan, itupun sekadar rutinitas tahunan. Di luar itu, jangankan puasa sunnah, puasa Ramadhan pun kadang ada yang berani meninggalkannya dengan alasan sibuk, takut lemas, atau alasan duniawi lainnya.

Sadarlah, puasa adalah perisai, penjaga diri dari api neraka. Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa adalah perisai dari api neraka seperti perisai salah seorang di antara kalian dalam peperangan.” (HR. Ahmad)

Bagaimana mungkin kita merasa aman dari azab Allah, sementara sholat kita tinggalkan, puasa pun kita abaikan?

Lucu sekali, mengaku generasi Muslim, bicara moral dan adab di kelas, ikut seminar keislaman, tapi puasa Ramadhan saja masih berani ditinggalkan. Lalu apa bedanya dengan orang-orang yang memang tidak mengerti Islam? Di mana letak malu kita kepada Allah?

Ilmu Tanpa Iman adalah Kesombongan

Hari ini banyak orang bangga dengan ilmu dan pencapaiannya. Merasa sudah cerdas, paham teknologi, ahli strategi, bahkan seolah merasa tidak butuh lagi pada bimbingan Allah. Sholat dianggap bisa ditunda, puasa dianggap berat, dan ibadah lainnya dianggap tidak relevan dengan zaman.

Padahal semua ilmu yang kita miliki, akal yang kita pakai berpikir, kekuatan yang kita banggakan — semuanya milik Allah. Kita hanya dititipi. Lalu, pantaskah kita sombong hingga berani meninggalkan perintah-Nya?

Ilmu yang benar adalah ilmu yang semakin membuat kita takut kepada Allah. Karena semakin luas ilmu kita, semakin kita sadar betapa kecilnya diri ini di hadapan-Nya.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang-orang berilmu).” (QS. Fathir: 28)

Maka tanyakan pada diri kita, sudahkah ilmu yang kita miliki membuat kita semakin takut kepada Allah? Atau justru membuat kita semakin jauh dari-Nya?

Kritik Keras untuk Generasi Muslim

Sungguh memprihatinkan melihat sebagian generasi Muslim hari ini. Mengaku Islam, terlahir dari keluarga Muslim, belajar di sekolah Islam, bahkan bangga dengan status sebagai bagian dari umat Muhammad SAW. Tapi apa yang terjadi? Sholat masih bolong-bolong, puasa dianggap beban, bahkan ada yang terang-terangan meninggalkan kewajiban hanya demi urusan dunia.

Apa gunanya mengaku Muslim jika rukun Islam saja masih sering diabaikan? Apa artinya bangga jadi generasi Muslim jika tak mampu membuktikan dengan ketaatan di hadapan Allah? Jangan sampai kita menjadi generasi yang hanya Muslim di KTP, tapi kosong di amal.

Ingat, Allah tidak butuh pengakuan kita sebagai Muslim. Tapi kitalah yang butuh Allah. Dan satu-satunya jalan adalah taat kepada-Nya, dimulai dari menjaga sholat dan puasa.

Penutup: Jangan Pernah Tinggalkan Sholat dan Puasa

Hidup di dunia ini hanya sebentar. Kesibukan tidak akan pernah selesai. Tapi ingatlah, di akhirat nanti tidak akan ada lagi rapat, deadline, atau presentasi. Yang ada hanya hisab dan pertanggungjawaban.

Saat itu, sholat dan puasa kita lah yang akan menjadi penolong. Bukan ijazah, bukan jabatan, bukan harta, dan bukan pula pujian manusia.

Maka sesibuk apapun kita, jangan pernah tinggalkan sholat dan puasa. Karena di sanalah letak keselamatan kita. Di sanalah sumber ketenangan kita. Dan di sanalah bukti sejati bahwa kita hamba yang beriman.

Percuma punya ilmu tinggi, gelar berderet, atau dikenal banyak orang jika sholat dan puasa saja kita lalaikan. Karena pada akhirnya, yang Allah lihat adalah seberapa besar ketaatan kita kepada-Nya, bukan seberapa hebat dunia memandang kita.

“Jagalah sholatmu, jagalah puasamu. Karena itulah yang akan menuntunmu pulang ke surga.”

Quotes Tambahan:

✅ “Jangan bangga kuliah di kampus Islam kalau sholat saja masih sering ditinggalkan. Kau bukan sedang menuntut ilmu, tapi menumpuk dosa.”

✅ “Ilmu itu semestinya mendekatkan kita kepada Allah, bukan menjauhkan. Kalau semakin pintar tapi makin malas sholat dan puasa, itu bukan cerdas, tapi keras hati.”

✅ “Mereka yang sibuk dengan dunia sampai lupa sholat dan puasa, kelak akan sibuk di neraka mempertanggungjawabkan kelalaiannya.”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses