STISNU

STISNU Tangerang Gelar Seminar Nasional Moderasi Beragama di Era Digital

Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang dan Yayasan Benteng Nusantara Cendekia Nahdlatul Ulama Tangerang selenggarakan Seminar Nasional moderasi beragama di era digital. (27/09/24).

Dr. H. Muhamad Qustulani, MA.Hum menjelaskan bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Benteng Nusantara Cendekia Nahdlatul Ulama yang menaungi STISNU Tangerang dan didukung atau support oleh Direktorat Bimbingan Islam (BIMAS) Kementerian Agama Republik Indonesia.

Selain seminar moderasi pada acara tersebut disisipkan kegiatan Launching Rumah Pengabdian Mahasiswa, Buku “Moderasi Beragama di Era Digital”, dan Buku “Tasawuf Hadori”.

Rumah Pengabdian Mahasiswa adalah wujud tanggungjawab setiap mahasiswa Nahdlatul Ulama untuk menjadi garda terdepan mengawal Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, dan NKRI (PBNU) di Indonesia. Mensosialisasikan PBNU sebagai ejawantah dari ajaran agama dan tidak ada yang bertentangan value menjadi suatu keharusan yang harus dikawal sejak masih dari sekolah.

Sebelum mahasiswa diterjunkan ke sekolah, pesantren dan atau lembaga lembaga pendidikan lainnya, STISNU Tangerqng telah menyiapkan materi presentasi dalam sebuah buku yang diberi judul “Moderasi Beragama di Era Digital.”

“Nanti, pada setiap matakuliah khusus, satu atau dua pertemuan akan ada tugas sosialisasi ke sekolah dan masyarakat. Materinya sudah disiapkan bukunya.” Ujar pria yang menjabat sebagai Ketua STISNU Tangerang.

Dr. Imam Bukhori, M.Pd Ka. Subdit. Kurikulum Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (DIKTIS) Kementerian Agama Republik Indonesia menjadi narasumber pada seminar tersebut mengingatkan kepada peserta seminar tentang pentingnya berfikir moderat, apalagi berparadigma manhaj Nahdlatul Ulama.

Sikap moderat di tengah kebhinekaan dan ragam suku bangsa harus menjadi karakter setiap warga masyarakat, khususnya bagi mahasiswa STISNU. Sebab, katanya, jika bukan dari mahasiswa NU yang aktif dan terdepan mensosialisasikan moderasi beragama maka sepertinya jarang ada.

“Kalian bukan sekedar menjadi mahasiswa tetapi sebagai kader yang punya tanggungjawab atas nama besar Nahdlatul Ulama. Maka dari itu harus memiliki akhlak Nahdlatul Ulama dan berfikir moderat seperti Nahdlatul Ulama.”

KH. Ahmad Baijuri Khotib, MA Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang dalam paparannya mengingatkan tentang berfikir moderat di era digital adalah sebuah keharusan. Apabila tidak berfikir moderat maka pasti tertinggal, berfikir ortodoks dan kaku maka bukan zamannya lagi.

“Era digital seperti ini kita harus moderat dalam bersikap, beramal, dan menggunakan perangkat digital. Baginya moderat itu keseimbangan menempatkan sesuatu sesuai dengan konteksnya.” Ujarnya.

Selain itu Kiai Abdul Hakim, M.Fil Founder Cosmic Intellegence Jabodatabek menjelaskan untuk bisa menjadi moderat maka harus memperkuat nalar dan berfikir karena orang yang cerdas dan menggunakan nalar kritis berfikirnya maka akan terbuka lebar menjadi moderat.

Semakin banyak tahu, banyak baca, maka akan semakin mengerti dan memahami perbedaan dan keragaman. Wujudnya bisa saling menghargai dan menghormati di tengah perbedaan.

Acara dihadiri oleh perwakilan lembaga pendidikan di Kota dan Kabupaten Tangerang, dosen dan mahasiswa STISNU Nusantara Tangerang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.