Di tengah kegiatan tahlil kematian dari almarhumah Ibu Hj. Tety Chodijah, ibunda dari Bapak H. Maeshal Rasyid, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang, Dr. H. Muhammad Qustulani, MA.Hum., mendapat nasehat berharga dari ulama sepuh kharismatik Kabupaten Tangerang, Abah KH. Jasmaryadi.
Dirinya mengaku sangat berterimakasih diberikan motivasi dan semangat mengembangkan potensi serta pengabdian kepada masyarakat, khususnya di Nahdlatul Ulama (NU). Nasihat Abah Kampak panggilan khusus Abah Kiai Jasmaryadi ini, sangat menginspirasi ketua STISNU, apalagi cerita dirinya di era 80-a mencari beasiswa studi S1 program studi administrasi. Kagum ketua STISNU ketika Abah Haji yang ketika itu santri tulen produk Banten balerombeng tetapi punya keinginan mimpi meraih gelar sarjana S1. Baginya hal ini sangat luar biasa dan jarang terjadi, apalagi di Banten.
Dr. Qustulani, menceritakan tentang perkembangan kampus NU satu satunya di Banten. Pria yang disapa Gus Fani itu menceritakan sejarah pendirian kampus NU sampai dengan saat ini memiliki 3 (tiga) program studi, yaitu Hukum Ekonomi Syariah (HES), Hukum Keluarga Islam (HKI), dan Manajemen Bisnis Syariah (MBS). Katanya, kampus ini dibangun dengan modal semangat pengabdian terhadap Nahdlatul Ulama yang didorong oleh para kasepuhan seperti KH. Edi Junaedi Nawawi, KH. Ahmad Basyir Nasuhi, dan lain lain.
Ia juga memohon doa kepadanya untuk bisa istiqamah, dan ijin program studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) segera terbit. Sehingga cita cita dan semangat alih status dari Sekolah Tinggi menjadi Institut Nahdlatul Ulama bisa tercapai tahun ini.
Dalam hal ini Abah Kampak mengingatkan tentang pentingnya keinginan kuat dan konsistensi. Jika semua diyakini dan digeluti dengan ulet serta sungguh-sungguh pasti insya Allah terkabul.
“Gus, jika ada keinginan kuat, maka akan terkabul,” katanya memberi nasehat.
Kemudian, beliau (Abah Kampak) bercerita tentang saat ini yang diharapkan adalah berharap muncul generasi muda yang melek pendidikan yang berakhlak mulia. Santri masa depan harus bisa mengisi ruang-ruang pengembangan dan pembangunan daerah. Santri yang bisa berdaya saing. Santri terdahulu banyak yang mengisi pos-pos pemerintahan mulai dari Bupati sampai kecamatan. Banyak juga Jenderal Jenderal TNI dalam pergerakan kemerdekaan dari para santri.
Ia juga akan terus berdoa untuk keluarga besar STISNU Tangerang semoga mendapatkan ilmu manfaat, barokah, dan bisa mengisi pos-pos strategis pembangunan daerah untuk menjaga umat. Ajaran agama bisa dijadikan filter, setidaknya jika ada belok tidak kebablasan.
Salah satu keistimewaan berkuliah di STISNU Tangerang adalah runutan sanad doa yang terus mengalir dari para kiai. Hal ini menjadi ciri khas pendidikan Nahdlatul Ulama yang tidak hanya mengembangkan intelektualitas tetapi juga pendalaman spritualitas, sehingga mahasiswa di samping berilmu juga berakhlak mulia. Sebab subtansi dari pendidikan adalah pembentukan karakter intelektual yang berakhlak muliah “insan akram.”